13 September 2011

Kepahitan Hidup
SETIAP orang pada suatu waktu tentu pernah mengalami peristiwa pahit dalam hidupnya. Pada titik tertentu, Anda mungkin menjadi korban dari bos yang kejam, pasangan yang berselingkuh, atau rekan kerja yang pendengki.

Namun, terus-menerus merasa marah terhadap orang lain dapat memengaruhi kesehatan fisik. Bahkan, kekuatan negatif dari perasaan pahit itu begitu kuat sehingga Anda menjadi sulit untuk memaafkan kesalahan orang lain.  

”Ada situasi ketika Anda harus menjadi Dalai Lama untuk tidak merasa pahit,” ujar Dr. Charles Raison, associate professor psikiatri di Emory University School of Medicine seperti dikutip situs cnn.com. Kuncinya adalah bagaimana Anda bereaksi terhadap situasi ini dalam jangka panjang. 

Berikut ini adalah beberapa tips untuk melepaskan kepahitan secepat mungkin demi kesehatan Anda sendiri: 

Mengeluh sebentar 
Beri waktu kepada diri sendiri untuk melampiaskan amarah dan mengeluarkannya dari tubuh Anda, saran Dr. Maryann Troiani, penulis buku Spontaneous Optimism. 

Menonton berita 
Frederick Luskin, Direktur Stanford Forgiveness Project, menyarankan pasien sakit hatinya untuk berpikir tentang berapa banyak orang lain yang tertimpa hal-hal buruk. 
”Saya meminta orang untuk menonton berita selama sehari, atau membaca koran, atau pergi bekerja dan mengobrol dengan orang, dan mereka akan melihat bahwa orang lain juga menderita dan hal ini hanya bagian dari kehidupan,” tandasnya. 

Konfrontasi 
Troiani mengatakan beberapa pasiennya telah menemukan pelipur lara dengan mengonfrontasi orang yang melukai hati mereka. Namun, tindakan ini juga bisa menjadi bumerang. 
”Beberapa mantan pasangan benar-benar psikopat, dan memburu mereka bisa menjadi bencana. Mereka hanya akan berkomplot dan memutar keadaan dan menyalahkan Anda, ” katanya. Jika situasi demikian yang Anda hadapi, cobalah menulis surat kepada orang tersebut dan membacakannya kepada teman tepercaya, sarannya. 

Menyadarkan diri 
Teruslah mengingatkan diri sendiri tentang bahaya fisik yang mungkin menyerang Anda jika terus menyimpan kepahitan. Jika tidak segera diatasi, kata Troiani, dalam lima tahun ke depan hal itu akan menghantui Anda dalam bentuk sakit kepala kronis, kelelahan, arthritis, dan sakit punggung
Selanjutnya - Cara Mengatasi Kepahitan Hidup

07 September 2011

Mana yang lebih penting menurut pendapat Anda; Mengelola Waktu atau Mengelola Diri? Di sekolah-sekolah management terkemuka, Time Management dibahas dalam modul khusus. Tetapi, adakah kurikulum sekolah tingkat dunia yang memiliki modul Self Management? Hal ini menandakan jika kita lebih memperhatikan teknik-teknik Mengelola Waktu daripada Mengelola Diri. Itulah sebabnya mengapa meski sudah belajar banyak, kita tidak pernah berhenti mengeluhkan tentang waktu.

Firman Tuhan menyatakan bahwa kualitas waktu seseorang sangat ditentukan oleh kualitas dirinya sendiri. Bukan sebaliknya. Meskipun seseorang memiliki waktu yang banyak, “Jika dia tidak beriman”, demikian firman Tuhan, “Maka manusia berada dalam kerugian”. Bahkan iman pun belum cukup. Jika dia tidak melakukan amal saleh, maka dia juga rugi. Artinya, bukan Mengelola Waktu yang paling menentukan hidup seseorang, melainkan ‘Mengelola Diri’. Hal ini berlaku di kantor, di rumah, dan dimana saja. Mengapa demikian? Inilah 5 faktor penentunya.

1. Waktu Anda besifat netral, sedangkan diri Anda bersifat sentral. Tidak ada mahluk yang lebih adil daripada waktu. Jumlah waktu yang Anda dapatkan sama persis seperti yang orang lain dapatkan, bukan? Diri Andalah yang menjadi titik sentral paling menentukan apakah waktu Anda berharga atau sia-sia. Anda boleh berleha-leha, atau bekerja keras. Anda boleh mengerjakan aktivitas yang bermanfaat, atau berkutat dengan kesia-siaan. Tinggal Anda tentukan sendiri; apa yang menjadi prioritas utama dalam hidup Anda. Sekedar permainan dan senda gurau? Atau memupuk amal, perbuatan, dan kegiatan produktif yang memberi makna kepada hidup Anda?  

2. Waktu Anda terbatas, sedangkan kapasitas diri Anda belum ketahuan batasnya. “Aku tak punya waktu!” begitu orang biasa mengeluhkan. Padahal semua orang juga tahu jika dia punya 24 jam sehari. Anehnya lagi; dia membuang-buang waktu yang terbatas itu untuk hal-hal yang tidak bermanfaat. Tetapi, apakah Anda sudah mengetahui dimana batas kapasitas diri Anda? Setahu saya, belum ada orang yang mampu mengenali batas maksimal potensi dirinya. Jika Anda berkutat dengan waktu, maka pasti ada banyak keterbatasan. Tetapi jika bersedia belajar mengoptimalkan potensi diri, maka Anda tidak akan pernah kekurangan bahan bakar untuk terus menghasilkan karya terbaik dalam hidup. 

3. Kualitas pekerjaan Anda, bukan berapa lama Anda mengerjakannya. Coba perhatikan, berapa lama Anda mengerjakan tugas-tugas Anda di kantor. Banyak orang yang bekerja sedemikian lamanya, namun produktivitasnya tetap saja rendah. Mengapa bisa begitu? Karena masih banyak orang yang mengira bahwa semakin lama mengerjakannya, semakin terlihat bagus konditenya. Makanya banyak orang yang berlama-lama di kantor namun tidak jelas apa yang dikerjakannya. Berfokuslah kepada kualitas kerja Anda, maka dalam 8 jam yang Anda habiskan dikantor, Anda bisa menghasilkan lebih banyak karya nyata. Itulah prinsip fundamental produktivitas kerja. 

4. Manfaat pekerjaan Anda, bukan jumlah waktu yang Anda berikan. Pernahkah Anda mengukur nilai manfaat dari setiap aktivitas Anda? Banyak orang yang meluangkan waktu begitu banyak untuk hal-hal yang sia-sia, dan menunda-nunda hal-hal yang sangat penting. Ini bukanlah soal memenuhi kesenangan, melainkan soal prioritas hidup. Apakah Anda akan memprioritaskan aktivitas yang memberi manfaat kepada orang banyak atau mendahulukan ego belaka. Sudah saatnya untuk benar-benar menyadari bahwa hidup ini terlalu singkat untuk dipenuhi oleh kesia-siaan. Sedangkan setelah kehidupan ini berakhir, ada sebuah sidang pertanggungjawaban. 

5. Perpanjangan jumlah amal Anda, bukan perpanjangan waktu. Waktu tidak pernah bisa diperpanjang, termasuk dalam pertandingan sepak bola sekalipun. Tetapi Anda bisa memperpanjang jumlah amal dengan cara menggunakan waktu untuk saling menasihati dalam melakukan kebaikan dan mengurangi keburukan. Ketika seseorang berbuat baik sesuai dengan ajakan Anda, maka pahalanya mengalir terus. Ketika dia berhenti berbuat keburukan seperti yang Anda nasihatkan, maka pahalanya juga terus Anda dapatkan; bahkan sekalipun Anda sudah meninggal. Waktu tidak bisa diperpanjang. Tetapi amal baik setiap umat manusia, bisa menjadi investasi abadi. 

Mari berhenti mengeluhkan tentang terbatasnya waktu. Karena berapapun waktu yang kita miliki tidak akan pernah kita anggap cukup. Mulailah ‘Mengelola Diri’ dengan berfokus kepada ‘apa yang kita lakukan’ dalam waktu yang serba terbatas ini. Karena tindakan kita dalam mengisi waktu itulah yang akan menentukan apakah kita memiliki daya saing yang tinggi atau tidak? Karena setiap tindakan kita menentukan apakah di akhirat kelak kita akan memiliki limpahan waktu untuk bersenang-senang. Atau terlalu banyak waktu untuk menanggung kemarahan Tuhan.
Selanjutnya - Time Management Atau Self Management?

"Semua orang tentu bisa melakukan kesalahan. Kecuali saya!” Mungkin hal tersebut yang tergambar dari seseorang yang selalu menyalahkan orang lain. Anda mungkin masih ingat semasa kecil dulu. Ketika Anda berlari dan terjatuh, serta merta orang tua berlari kea rah Anda sambil berkata, “Batunya nakal ya nak, nanti mama marahi deh!” Kenapa harus menyalahkan batu? Saat beranjak remaja dan Anda mendapat nilai buruk di sekolah, Anda akan mengatakan,”Gurunya killer sih.” Nah, kok guru yang disalahkan? Begitu menginjak usia dewasa dan masuk ke dunia kerja, kebiasaan menyalahkan orang lain sepertinya juga tak pernah hilang dalam diri Anda. Saat seorang supervisor mendapat teguran karena target penjualan tidak tercapai, serta merta melemparkan kesalahan pada timnya. Padahal, kalau boleh jujur, orang yang paling bertanggung jawab untuk semua kegagalan itu adalah diri sendiri. Mengapa, sebab keputusan apa pun yang mengakibatkan kegagalan, Anda sendiri yang memilihnya. Bukan karena batu, guru, atasan yang tidak paham dengan baik, rekan kerja yang tidak peduli, bahkan perusahaan yang tidak mau tahu kepentingan Anda.

Berikut ini akan menguraikan ciri-ciri dari seseorang yang suka menyalahkan orang lain:

1. Self Esteem Rendah. Menyalahkan orang lain atas kegagalan Anda merupakan pertanda yang jelas begitu rendahnya self esteem Anda. Sebab dengan menyalahkan orang lain atau keadaan berarti Anda tidak berani atau tidak mampu mengambil risiko. Pada akhirnya, jika tidak pernah mau mengambil risiko, Anda akan selalu menjadi korban dari keadaan sendiri. Kalau pada setiap masalah yang timbul Anda bisa melihat kelemahan diri, bukan kesalahan orang lain, maka Anda akan mudah memecahkan setiap persoalan. Lalu mengoreksi kesalahan dan mengembangkan kekayaan mental demi kemajuan diri serta sekaligus tidak menyakiti perasaan rekan Anda yang menjadi ‘kambing hitam’. Intinya, Anda bisa terus belajar dari setiap kesalahan.

2. Mengundang Penyakit. Menyalahkan orang lain atau keadaan juga dapat membuat Anda cepat tua dan mengundang berbagai penyakit. Sebab, saat menyalahkan orang lain, muncul emosi-emosi negative seperti rasa marah, kesal, dan stres yang dapat merusak kekebalan tubuh. Di saat kekebalan tubuh melemah itulah berbagai penyakit menyerang, dari yang ringan hingga kelas berat. Penyakit yang sering menyerang orang yang gampang menyalahkan orang lain di antaranya adalah sakit kepala, sakit punggung, sakit perut dan penyakit serius lainnya, seperti serangan jantung, kanker, depresi hingga masalah reproduksi.

3. Menghindar dari Tanggung Jawab. Orang yang bisanya hanya menyalahkan orang lain biasanya mempunyai kecenderungan menghindari tanggung jawab pribadi. Selalu lari dari masalah dan tidak berani menghadapi kenyataan hidup. Apakah Anda masuk ke dalam golongan orang-orang itu? Bisa ya, jika Anda menjawab “ya” untuk semua pertanyaan di bawah ini:
a) Tidak pernah percaya bahwa Anda melakukan kesalahan, ucapan yang sering keluar, “Enggak mungkin saya melakukan kesalahan bodoh ini.”
b) Menjadikan sikap tidak bertanggungjawab orang lain untuk membenarkan perliku Anda. “Kalau mereka boleh terlambat, mengapa saya tidak?”
c) Meyakini bahwa meminta maaf berarti memperlihatkan kelemahan?
d) Merasa bahwa menjaga hubungan baik dengan orang lain bukanlah tugas Anda?
e) Merasa tidak dapat mengubah apapun dalam hidup Anda ke arah yang lebih baik?
f) Percaya bahwa hidup tidak adil dan selalu merasa hidup Anda tidak seberuntung orang lain?

Berdasarkan ciri-ciri tersebut di atas, dan Anda bisa menyadari kebiasaan buruk tersebut ada dalam diri Anda, maka Anda harus segera melakukan perbaikan diri (self improvement). Mulailah dengan kebiasaan baru yang lebih positif, sebagaimana berikut ini:

1. Belajar Minta Maaf. Jangan pernah malu untuk mengucapkan maaf saat Anda berbuat salah sekecil apapun itu. Jangan hanya mengucapkan maaf setahun sekali saat hari raya idul fitri tiba.

2. Ikhlas. Terima dengan ikhlas ketika Anda melakukan kesalahan. Enggak perlu merasa rendah diri, karena toh Anda hanya manusia biasa yang bisa salah dan lupa. Sadari bahwa bukan hanya Anda yang pernah melakukan kesalahan.

3. Buat Perubahan. Jika ada sesuatu dalam hidup yang tidak membuat Anda bahagia, coba lakukan sesuatu untuk mengubahnya. Buat diri Anda bahagia. Karena dengan menyalahkan orang lain Anda telah membiarkan kebahagiaan itu terenggut.

4. Stop Bisikan Negatif. Ketika Anda ingin menyalahkan orang lain, tarik napas panjang dan katakan pada diri sendiri. “Saya harus bertanggung jawab karena ini adalah kesalahan saya.”

5. Bersikap Terbuka. Jangan terkungkung pada pikiran sendiri dan menutup diri terhadap pendapat orang lain. Terbukalah pada ide-ide dan pendapat mereka. Dengan begitu, Anda akan merasa lapang. Berani menerima kelemahan diri dan terbuka untuk memperbaikinya.
Selanjutnya - Jangan Salahkan Orang Lain

Seseorang yang sukses secara financial biasanya memiliki pemikiran, omongan, sikap dan perbuatan yang serupa karakteristiknya. Hal-hal tersebutlah yang justru menjadikan seseorang menjadi kaya. Kekayaan yang mereka dapatkan tidak turun begitu saja dari langit. Namun, kekayaan tersebut merupakan buah dari apa yang sudah mereka perjuangkan selama ini. Mereka bisa menjadi kaya karena memiliki pikiran, kebiasaan, sikap dan perilaku yang tidak dimiliki oleh orang-orang yang tidak sukses secara financial. 

Berikut ini kebiasaan yang bisa membuat Anda sukses secara financial (kaya):

1. Kebiasaan Networking. Empat hal yang tak diberitahukan Tuhan kepada manusia, salah satunya adalah rejeki. Esok lusa Anda makan apa? Mendapatkan apa? Anda tidak pernah tahu. Akan tetapi, Tuhan mempersilahkan manusia berikhtiar. Mengusahakannya dengan sungguh-sungguh, seakan masih diberi waktu hidup seribu tahun lagi. Salah satu yang dapat membuaka jalan ikhtiar itu adalah silaturahmi atau dalam istilah bisnis Anda kenal dengan nama networking. Manusia sejatinya merupakan makhluk komunikasi, artinya tidak bisa tidak, harus berkomunikasi. “Manusia selalu ingin menyampaikan sesuatu,” demikian menurut Aristoteles. Oleh karena itu, manusia tidak bisa hidup sendiri. Manusia selalu membutuhkan orang lain. Atau dalam teori umum, dikenal dengan istilah “manusia sebagai makhluk sosial”. Singkatnya manusia telah dibekali banyak hal untuk selalu melakukan interaksi dengan manusia lainnya dalam rangka menjalani kehidupannya. Artinya, manusia tinggal memaksimalkan konsep kodrati ini. Seperti bagaimana memaksimalkan telur menjadi sepiring omlet lezat.


2. Kebiasaan Bangun Lebih Pagi. Apabila Anda berpikir bahwa pagi adalah suara kicau burung, sinar matahari menembus jendela atau secangkir kopi, semua jawaban Anda tentulah benar. Namun pada hakikatnya, pagi adalah masa depan! Pagi merupakan salah satu elemen penyusun kehidupan. Terlepas dengan cara apa Anda mengisi pagi, misalnya berolah raga, membaca koran, menyusun agenda kerja, menyapa tetangga, beribadah, membereskan rumah atau sekedar menyeduh teh dan mendengarkan lagu, maka bangun pagi dapat membuat Anda menjadi seseorang yang tidak selalu tertinggal. Minimal tak tertinggal sinar hangat matahari yang dapat membuat mood Anda selalu segar.

3. Kebiasaan Menetapkan Tujuan. Tujuan adalah kalimat-kalimat yang selalu Anda tuliskan dalam buku catatan, lamunan, atau mimpi-mimpi kecil sebelum tidur. Tujuan bukanlah apa yang orang kenal sebagai sebuah kesuksesan, bukan pula halaman rumah tangga yang terlihat lebih hijau. Namun, tujuan adalah sesutau yang membuat Anda merasa bersemangat untuk segera mencapainya, sekalipun Anda harus berusaha dengan susah payah. Thomas Alfa Edison (penemu bola lampu) dan Soichiro Honda (pendiri imperium otomotif Honda) adalah segelintir orang yang mampu meraih tujuan (mimpi-mimpinya) setelah melalui jalan yang berliku. “Orang melihat kesuksesan saya hanya 1 %. Tapi, mereka tidak melihat 99% kegagalan saya,” tutur Honda.

4. Kebiasaan Berinovasi. Janganlah berkecil hati, dengan mengatakan bahwa Anda tidak memiliki kelebihan sama sekali. “Yang saya lakukan hanya membakar bambu di pekarangan rumah,” ucap Tsai Lun, penemu kertas pertama di dunia. Kegiatan bakar-bakarannya, justru mengantarkannya untuk melihat bentuk bubuk kertas (pulp) bambu, dari sisa pembakaran. Yang pada akhirnya dikenal dengan ‘kertas’ sebagai pengganti ‘dedaunan’ untuk menulis. Jadi Anda tidak harus cerdas dan memiliki IQ tinggi, kuncinya adalah pada inovasi. Hal-hal baru bisa Anda dapatkan kapan saja dan dimana saja, asalakan Anda berani untuk melangkah jauh dari kebiasan yang menentramkan (baca: lepas dari zona nyaman). Adalah Lawrence Edward “Larry” Page dan Sergey Brin, pada pendiri mesin pencari di internet : Google, yang bisa lari dari zona nyaman untuk menciptakan inovasi. “Semua orang pasti bicara tentang kebutuhan dirinya, lantas apa yang bisa saya lakukan untuk memenuhi kebutuhan orang itu?” ungkap Page. Maka Page pun menjawabnya dengan Google. “Bisnis saya sebenarnya hanya menggali informasi, menemukan kecocokan data satu dengan yang lainnya”, lanjut Brin.

5. Kebiasaan Berdoa. Ora et Labora, atau terjemahan dari bahasa latin tersebut berarti, “berdoa dan bekerja”. Doa dan kerja adalah 2 sisi yang tidak bisa dipisahkan. Walaupun kesuksesan tidak dijaminkan, doa sudah tentu merupakan pengharapan. Seseorang yang berdoa tidak akan merasakan individualism menguasai dirinya. Oleh karena itu, konsep berdoa merupakan konsep perkawanan. Seseorang yang beragama beranggapan bahwa mereka tidak sendiri karena ada Tuhan yang selalu menemaninya.

6. Kebiasaan Melakukan Sesuatu Sesegera Mungkin. Manusia memang bukan mesin yang akan langsung mengerjakan sesuatu setelah diperintah. Akan tetapi ingatlah satu hal, menunda berarti menumpuk pekerjaan. Semakin bertumpuk, Anda akan semakin bingung bagaimana menyelesaikannya. “Komputer adalah bisnis kecepatan, semakin cepat proses dalam komputer, maka hasilnya akan semakin baik buat semua,” demikian kata William “Bill” Gates, pemilik Microsoft Corp, tentang bisnisnya yang selalu memimpin tren pasar komputer dunia. Karena menurutnya dalam bisnis ini, siapa cepat dia akan menguasai, tidak ada istilah menunda dan terlambat dalam kamus hidupnya. Semua berpacu dengan waktu.

7. Kebiasaan Melakukan Introspeksi. Siapa Anda? Anda adalah apa yang dipikirkan. Bagaimana Anda berpikir menentukan bagaimana Anda bertindak. Bagaimana Anda bertindak menentukan bagaimana orang lain beraksi terhadap Anda. Kalau Anda merasa tidak penting, maka Anda menjadi tidak penting di mata orang lain. Tak akan ada kejayaan di Prancis jika Napoleon tak mengenali dirinya dengan sebenar-benarnya. Hanya tahu kalau dia adalah manusia bertubuh pendek. Napoleon mengenali dirinya lewat potensi yang dimiliki dan juga kekurangan yang harus diperbaiki. Ketika Anda adalah apa yang Anda pikirkan, berarti Anda akan memahami apa yang disebut sebagai kesadaran diri (self awareness)

8. Kebiasaan Tepat Waktu. Waktu dilhirkan sejak abad ke 13. Kini telah 800 tahun waktu berlaku. Apakah manusia semakin efektif? Atau semakin menghamburkan waktu? Tentu Anda akan merasa kesal jika orang yang ditunggu datang terlambat. Begitu pun sebaliknya. Setiap hari setiap orang punya agenda. Tentunya Anda tak mau merusaknya bukan? Kunci untuk membuat semua agenda Anda berjalan lancar adalah konsekwensi dengan apa yang telah Anda rencanakan. Konsekuensi tersebut bisa dimulai dengan datang tepat waktu. Menepati sesuatu adalah janji, dan janji adalah hutang. Dengan datang tepat waktu, berarti Anda telah menjadi seseorang yang bertanggung jawab atas apa yang telah Anda janjikan.

9. Kebiasaan Berderma. Mengurangi apa yang Anda miliki, apakah benar menghilangkan sebentuk kepemilikan? Pemberi terbesar apakah menjadi seorang yang termiskin sedunia. Tangan di atas lebih baik dari tangan dibawah. Apa maksudnya? Ketika orang kaya merasa fakir, dia akan menjadi serakah dan tidak menyisakan bagian bagi banyak orang. “Semua yang ada di duani ini, mampu member makan yang lebih bagi semua orang. Namun, keserakan dari orang kaya yang fakir adalah penyebab malapetaka di dunia,” ucap Mahatma Gandhi. Lalu apakah obat dari kefakiran? Obatnya adalah berderma. Orang yang mengurangi sebagian hartanya untuk membantu saudaranya yang lain walau saudaranya tersebut tidak pernah meminta adalah orang uang tidak pernah fakir. Bisa jadi orang yang suka berderma adalah orang yang menurut Anda miskin, bahkan ia rela berpuasa sehari karena ingin berderma. Dialah sebenarnya orang yang paling kaya sedunia. Ingat pula pepatah sunda, “Mulangkalih aya nu dipincariosan abi aya di palihan” (sekiranya ada yang dibutuhkan, saya ada di sebelah). Biasakanlah diri Anda berderma karena dengan berderma, Anda seolah-olah sedang menanam sesuatu yang baik untuk diri Anda dan masa depan yang sedang Anda perjuangkan. Dengan berderma, nama baik Anda dan keluarga akan selalu dilindungi oleh orang banyak. Ketika mendapatkan kesulitan, Anda akan selalu mendapatkan prioritas bantuan.

10. Kebiasaan Penurut. Pengetahuan manusia itu bisa menjadi tanpa batas, tapi kadang dipersempit dengan sikap sok tahu dan selalu merasa tahu. Tidak ada orang yang lahir dan tumbuh lantas masyur tanpa bantuan orang lain, setidaknya tanpa arahan dari orang lain. Menjadi penurut kadang bisa menyelamatkan sekaligus memberi keuntungan bagi kita. Ingat akibat sikap keras kepala Hitler yang mengabaikan nasihat jenderal terbaiknya, Erich Von Manstein? Hal ini berakibat pada kehancuran dan banyaknya korban di pihak armada tank Jerman ketika melawan armada tank Rusia (Operasi Citadel). Kisah sebaliknya terjadi pada Hilton. Atas perintah orang tuanya, ketika kecil dia tidak merasa malu untuk selalu ia melayani tamu-tamu (orang asing) yang menghuni rumahnya. Sehingga akhirnya bisnis kecilnya ini menjadi imperium besar di abad ini.
Selanjutnya - Kebiasaan Yang Bisa Membuat Kaya